Membangun Ruang Digital Ramah Anak Lewat PP TUNAS dan Pendampingan Orang Tua

11 December 2025
Membangun Ruang Digital Ramah Anak Lewat PP TUNAS dan Pendampingan Orang Tua

Jakarta, 9 Desember 2025 - Kemudahan akses internet membuka banyak peluang bagi anak untuk belajar dan bereksplorasi, namun juga membawa risiko baru yang tidak bisa diabaikan. Di tengah meningkatnya penggunaan gawai dan media sosial oleh anak, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menggelar talkshow Bangun Ruang Digital Ramah Anak untuk memperkuat kesadaran publik mengenai dampak ruang digital dan pentingnya pendampingan orang tua.

 

Kegiatan ini juga menjadi momentum untuk memperkuat pemahaman publik mengenai implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak (PP TUNAS), regulasi yang menegaskan kewajiban platform digital untuk menyediakan lingkungan daring yang aman dan layak bagi anak. PP TUNAS mengatur verifikasi usia, fitur kontrol orang tua, pembatasan konten, pembatasan pemrosesan data anak, hingga mekanisme pelaporan, menempatkan keselamatan anak sebagai prioritas utama.

 

Direktur Jenderal Komunikasi Publik dan Media Komdigi, Fifi Aleyda Yahya, berujar PP Tunas dirancang untuk menciptakan ruang aman, bukan membatasi ekspresi anak. PP Tunas memberi arah baru bagi upaya perlindungan digital, tetapi pendampingan orang dewasa tetap menjadi fondasi utama.

 

Sesi diskusi yang diisi oleh Psikolog Anak dan Remaja, Gisella Tani; Influencer Gentle Parenting, Halimah; dan Direktur Sekolah Putra Pertiwi, Noviyanti Elizabeth; menguraikan tantangan besar yang dihadapi anak-anak di era digital dan perlunya semua pihak terlibat dalam pelaksanaan PP Tunas.

 

Gisella mengungkap bagaimana media sosial memengaruhi kesehatan mental anak. Ia menekankan bahwa tekanan visual dan standar kehidupan yang tidak realistis di platform digital sering membuat anak membandingkan diri dan cemas terhadap pencapaian maupun penampilan.

 

“Materi di internet, terutama di social media, itu banyak yang menggambarkan sesuatu yang indah. Sehingga, anak-anak terutama remaja jadi mudah membandingkan diri, bisa memicu kecemasan.” terangnya.

 

Gisella menambahkan kondisi ini juga sering membuat anak sulit tidur, mudah gelisah, dan merasa harus mengikuti arus agar tidak tertinggal teman sebaya. Ia kembali menegaskan konten yang tidak sesuai usia dapat membebani perkembangan emosi anak, terutama ketika tidak ada pendampingan memadai dari orang tua.

 

Sementara itu, Halimah menyoroti budaya influencer yang kian memengaruhi perilaku anak. Ia menegaskan bahwa figur pertama yang memberikan pengaruh pada anak seharusnya tetap keluarga.

 

“Di era influencer culture ini, kita harus bisa jadi influencer yang paling besar di kehidupan anak kita.” sebutnya.

 

Halimah juga mengingatkan bahwa anak perlu ruang aman untuk bercerita tanpa takut dihakimi.

 

“Jangan langsung menghakimi apalagi membandingkan dengan kondisi kita. Dengan begitu anak merasa aman dan nyaman untuk berbagi perasaan dan bercerita, ketimbang meniru orang atau influencer yang kurang pas,” jelasnya.

 

Dari sisi pendidikan, Noviyanti mencatat bahwa penyalahgunaan gawai, khususnya game online, telah berdampak pada stamina dan prestasi belajar sebagian siswa.

 

“Banyak yang pagi-pagi sudah tertidur di ruang kelas sehingga ada penurunan akademik intelektual prestasinya.” sebutnya.

 

Ia mendorong penguatan pembinaan di sekolah dan keluarga, termasuk peningkatan literasi digital untuk membantu anak memahami risiko di balik penggunaan gawai yang tidak terkontrol.

 

PP TUNAS bukan sekadar regulasi teknis, melainkan pendekatan komprehensif untuk memastikan keamanan anak di ruang digital. Regulasi ini mengharuskan platform digital menata ulang fitur, proses bisnis, dan mekanisme layanan agar tidak berpotensi membahayakan anak.

 

Komdigi berharap kegiatan ini dapat memperluas pemahaman publik bahwa membangun ruang digital ramah anak adalah tanggung jawab bersama. Regulasi, literasi digital, dan pendampingan emosional harus berjalan seiring untuk memastikan anak-anak Indonesia bisa memanfaatkan ruang digital secara sehat dan aman.

 

Bagikan:
Berita Terkait
Beri Masukan Anda
Apakah anda memiliki masukan, pertanyaan, atau keluhan terhadap pelayanan website kami?