Kemkomdigi Dorong Penguatan Komunikasi Krisis dan Tata Kelola Program MGB

23 October 2025
Kemkomdigi Dorong Penguatan Komunikasi Krisis dan Tata Kelola Program MGB

Bandar Lampung — Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) melalui Direktorat Komunikasi Publik, Direktorat Jenderal Komunikasi Publik dan Media, menyelenggarakan Forum Komunikasi Makan Bergizi Gratis (MBG): Strategi Komunikasi Berbasis Isu Krisis di Bandar Lampung, Lampung, Jumat (17/10/2025).

 

Plt. Direktur Komunikasi Publik, Marroli Jeni Indarto, menegaskan bahwa keberhasilan program MBG adalah tanggung jawab bersama seluruh unsur pemerintah. “Program MBG harus berhasil. Program ini adalah amanat dari Bapak Presiden dan kita tahu banyak anak yang kini lebih semangat sekolah karena mendapat makanan bergizi,” ujarnya.

 

Marroli menjelaskan, program MBG telah menghadirkan makanan bergizi seimbang bagi siswa di seluruh Indonesia. Melalui program ini, anak-anak menikmati menu dengan kandungan gizi lengkap yang membantu mereka fokus belajar di sekolah.

 

Menurutnya, di tengah berbagai tantangan pelaksanaan, program MBG terus berimprovisasi dan mendapatkan dukungan lintas pihak. Ia juga menekankan pentingnya strategi komunikasi publik untuk menjaga kepercayaan masyarakat di tengah maraknya isu negatif.

 

“Dalam komunikasi, informasi negatif berkembang cepat, tapi informasi positif punya daya jangkau luas. Karena itu, tugas kita memastikan pesan yang disampaikan sederhana, prososial, dan mudah diterima masyarakat,” jelas Marroli.

 

Kemkomdigi, lanjutnya, menyiapkan panduan komunikasi bagi pemerintah daerah agar penyampaian pesan program lebih selaras, terukur, dan tanggap terhadap isu.

 

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kominfo dan Statistik Provinsi Lampung, Ganjar Jationo, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya Forum Komunikasi MBG di Provinsi Lampung. Ganjar menegaskan dua kata kunci penting dalam komunikasi program strategis nasional seperti MBG, yakni pesan dan manfaat.

 

“Bagaimana kita meramu pesan agar sederhana, kredibel, dan bermanfaat bagi masyarakat. Pesan yang kuat dan relevan akan membantu publik memahami manfaat program ini hingga ke desa-desa,” jelasnya.

 

 

Krisis Bukan Soal Kejadian, Tapi Soal Komunikasi

 

Forum Komunikasi MBG juga menghadirkan dua praktisi komunikasi nasional, Jojo S. Nugroho dan Fardila Astari, yang membagikan pengalaman dalam mengelola komunikasi publik di tengah krisis.

 

Jojo mengingatkan pentingnya empati dan kesiapan dalam komunikasi krisis agar reputasi institusi tetap terjaga. “Krisis komunikasi sering terjadi karena kita hanya listen to reply, bukan listen to understand. Padahal publik membutuhkan kejelasan, kecepatan, dan empati,” ujarnya.

 

Ia menambahkan, setiap instansi harus siap dengan standby statement yang mengandung unsur maaf, fakta, empati, aksi, dan komitmen untuk mengembalikan kepercayaan publik.

 

Golden hours crisis handling adalah tiga hingga enam jam pertama setelah isu muncul. Pada waktu itu, kecepatan dan keseragaman pesan menentukan apakah krisis bisa diredam atau membesar,” tambah Jojo.

 

Sementara itu, Fardila Astari menekankan pentingnya strategi komunikasi yang terencana dan berbasis riset.

 

“Komunikasi tanpa strategi itu seperti masak tanpa resep. Kita harus tahu siapa audiensnya, apa yang mereka butuhkan, dan bagaimana cara terbaik menyampaikannya,” jelas Fardila.

 

Menurutnya, strategi komunikasi membantu pemerintah memastikan pesan fokus, kanal yang digunakan tepat, dan dampak komunikasi bisa terukur.

 

“Dengan komunikasi yang terencana, kita tidak hanya menyampaikan informasi, tapi juga membangun kepercayaan dan keterlibatan publik,” pungkasnya.

 

 

Forum Komunikasi ini bertujuan memperkuat komunikasi publik pemerintah daerah dalam menghadapi krisis dan menjaga akuntabilitas pelaksanaan MBG sebagai salah satu program prioritas nasional untuk menurunkan angka stunting dan meningkatkan kualitas generasi muda Indonesia.

 

Provinsi Lampung, dengan kekayaan sumber pangan dan potensi maritimnya, memiliki peran penting dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045, terutama melalui generasi bebas stunting.

 

Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Lampung menurun dari 26,26 persen pada 2019 menjadi 14,9 persen pada 2023, namun kembali naik menjadi 15,9 persen pada 2024. Sementara target 2025 adalah 13,2 persen. Data ini menunjukkan perlunya intervensi gizi yang lebih kuat dan terarah, termasuk melalui penguatan program MBG.

 

Forum Komunikasi MBG turut dihadiri oleh perwakilan lintas sektor dari berbagai instansi pemerintah daerah Provinsi Lampung, meliputi bidang perencanaan, keuangan, pendidikan, kesehatan, sosial, pangan, peternakan, kelautan, koperasi, dan komunikasi, yang termasuk ke dalam Satuan Tugas MBG dan Satuan Tugas Stunting Provinsi Lampung.

Bagikan:
Berita Terkait
Beri Masukan Anda
Apakah anda memiliki masukan, pertanyaan, atau keluhan terhadap pelayanan website kami?